Rindu terbangun lagi..terlihat setitik air disudut matanya,
Entah malam ini dia tidur sampai menangis lagi..
Yang pasti Rindu terlihat tak bahagia, terbangun di antara malam kepagi..
"padahal aku harus bangun pagi"
Rindu yang hanya bisa mengumpat betapa sudah terbiasa matanya untuk bangun di tengah malam buta dan sampai subuh tiba.
Bukan cuma masalah kantuk di siang hari yang membuat nya kesal,
Terlebih sebuah kenangan yang selalu berputar bak tape reyot di otaknya dan membuat nya ingat akan hal yang seharusnya terkubur rapi dan berkata "sudahlah...tinggalkan saja!"
Rindu kembali terdiam diantara nafas nya yang seolah tersengal sengal.."Tuhan..boleh aku merindukannya?"
Rindu mencoba menahan dirinya untuk tak menyentuh keypad handphone yang tak jauh dari tempat tidur nya, matanya nanar menatap ke satu satu nya foto yang seolah menatap balik kepadanya,
Difoto itu mereka tampak bahagia, laki laki dengan alis hitam dan mata coklat itu terlihat betapa mencintai perempuan di sebelahnya.
Foto itu diambil ketika mereka liburan. Sebuah tempat yang sekarang tak lebih dari sebuah nama, Gili!
Aku cinta ombak, dia mencintai pasir...
Tak ada selain kata sempurna untuk nya..
Semua yang teringat sekarang benar benar nyata, seolah baru terjadi kemarin...
"Ternyata aku masih mencintainya..."
Rindu merasakan matanya memanas kali ini...
Hanya sesaat ketika dunia terlihat kabus diantara matanya yang semakin lelah, kemudian terlelap.
Alarm pagi Rindu benar benar harus berusaha keras pagi ini..
Untunglah..Rindu terjaga dan mengangkat malas badannya ke kamar mandi, "hari ini aku akan baik baik saja!", matanya sekarang tertuju pada cermin seukuran badan yang memang langsung menghadap tempat tidur nya. "Lusuh"
Tak perlu waktu lama Rindu sudah benar benar siap. Hanya perlu waktu 15 menit untuk mandi dan sedikit berdandan.
Setelan kantoran jas hitam dan rok selutut dengan warna senada dan blouse biru malam berbordir cantik mudah mudahan akan membawa keberuntungan hari ini.
Sepanjang perjalanan ke kantor, kali ini Rindu ditemani canal radio kesayangan yang memang sering di dengarkannya.
Music dan chocolate toast di tambah coffee latte benar benar membuat pagi lebih baik.
Walaupun tak di pungkiri, Rindu masih merindukannya!!
7.15 !!
Rindu sudah memasuki lobby kantor yang memang masih tak terlalu ramai..
Antrian lift pun masih tak terlalu padat.
"syukurlah...semua berjalan sebagaimana mestinya pagi ini"
Dan akhirnya lift terbuka di angka 21, ini lantai tempat Rindu bekerja.
Menyusuri lorong kubikel ketika pagi memang menyenangkan, bau coffee dan bagle merebak di mana mana, semua orang tampak sibuk, benar benar sempurna!!
Rindu melemparkan pandangannya keluar jendela kantor yang pagi itu menyajikan pemandangan indah selepas hujan, ya...selepas hujan langit memang lebih cerah.
Rindu termenung di antara sisa sisa air yang masih banyak mengalir di sisi kaca jendela luar.
Tak sengaja matanya meneliti gerak gerik kecil,lincah dan penuh harap...
Anak kecil dengan baju lusuh berwana jingga, mungkin sekarang lebih terlihat coklat ketimbang warna asli nya, entah itu benar berwarna jingga, yah...Rindu cuma menebak saja..
Diperhatikannya tawa kecil yang jujur dibawah sana, seolah tak ada asa yang di tanggungnya, sederhana...dan dia bahagia.
Rindu tergerak, teringat olehnya akan coklat batangan super besar yang dibeli nya tadi malam, di rasa tak ada pekerjaan pagi ini, Rindu akhirnya memutuskan untuk berbincang sejenak dengan anak itu sambil menenteng coklat super besar yang tadi diingatnya.
Melihat Rindu anak itu tersenyum, Rindu tau mata indah anak itu tertuju pada coklat yang di bawanya.
"buat sapa coklat nya mba?"
anak ini sopan, dia tidak langsung meminta.
"Kamu" Jawab rindu sambil menyerahkan coklat yang memang ingin diberikannya.
Anak itu tersenyum girang luar biasa, tapi aneh..dia tidak langsung membuka dan melahab coklat nya.
Selesai mengucapkan terima kasih, anak itu kemudian duduk di bangku beton yang memang tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Rindu penasaran.
"Kamu ga suka? kok coklatnya disimpan?"
anak itu cuman tersenyum, dia melihat rindu sambil bergegas seolah mengajak rindu untuk mengikuti langkahnya.
"Mau kemana?" Rindu mencoba mengikuti anak itu sambil memastikan jam kalau dia memang bisa pergi. Akhirnya Rindu menyerah akan rasa keingin tauannya.
Tak sampai 10 menit berjalan,Rindu sampai di perkomplekan rumah yang berada ternyata tepat di sebelah gedung kantor nya, hanya perlu melewati jalan setapak dan beberapa gang gang kecil untuk sampai di perumahan ini. Walaupun ini tak seperti perkomplekan rumah yang sebagai mana mestinya. Rindu terdiam, dia menyaksikan banyak pemandangan yang memang tak di lihat nya sehari hari.
Dia tau, di kota sebesar ini pasti ada kehidupan kurang beruntung seperti ini, tapi ketika melihat seorang bayi menangis dengan dot yang berisi air putih, anak anak yang berseliweran mengangkut sampah di antara jam yang seharusnya mereka sekolah...Rindu yang bisa menunduk. Dia malu, dia malu menjadi manusia yang tak bisa berbuat banyak untuk orang orang disekitarnya.
"Mungkin selama ini aku orang yg egois!! ya aku memang egois" Rindu membenarkan dalam hatinya, seolah dia ingin menampar mukanya sendiri.
"Mbak, masuk!" ucapan anak tadi benar benar mengagetkan lamunannya.
"Ini rumah km?"
anak itu tersenyum dan mempersilahkan Rindu duduk di atas lantai yang semennya sudah terkikis dan dilapisi tikar dengan anyaman yang mulai tak beraturan.
Anak itu membawakan rindu air putih.
"Mbak terima kasih udah ngasih saya coklat, tp..mbak ga marah kan klo coklat ini saya kasih lagi?" anak itu berbicara seolah tak ingin menyinggung perasaan rindu.
"Coklat ini buat ibu saya, hari ini dia ulang tahun"
Rindu tertegun, perasaan nya berkecamuk antara haru, kehabisa kata kata sekaligus penasaran.
"Mbak boleh ketemu dengan ibu mu?" Rindu mencoba berbicara sambil menahan rasa ibanya.
"Lin, ada siapa?" tiba tiba seorang ibu ibu paruh baya mengenakan setelan coklat tua dengan sweeter hitam luntur keluar sambil meraba raba dinding yang memang tak jauh dari mereka.
*Bu...aku tadi di kasih coklat sama mbak ini.., ini buat ibu...hari ini kan ibu ulang tahun..." anak itu memberikan coklat kepada ibu ibu paruh baya tadi sambil memeluknya.
Rindu sebenarnya heran, muka anak ini sama sekali tak mirip,
"Mungkin mirip ayahnya..." Rindu mencoba menjawab pikirannya sendiri.
"Mbak, terima kasih ya...linda dari kemarin sudah ribut ingin membelikan saya coklat, katanya buat hadiah ulang tahun saya, terus terang setelah ada anak ini saya benar benar tak sendiri,"
ibu ibu tadi berbicara sambil meraba raba kepala linda.
"Suami ibu kemana? ibu punya anak selain linda?" Rindu sama sekali tak bisa membendung rasa penasarannya.
Kemudian linda menarik baju ku, anak ini seolah ingin berkata sesuatu tapi sudah di dahului oleh ibunya.
"Suami saya meninggal...kecelakaan ketika bekerja sebagai buruh bangunan...kalau anak, saya...." ibu ibu tadi terhenti...terlihat raut kesedihan luar biasa di wajahnya. "Saya tidak bisa mengandung...." ibu ibu tadi terdiam dan menarik nafas panjang sambil melanjutkan ceritanya, "dulu...mata saya juga baik baik saja, tp...gara gara katarak ini,mata saya semakin parah dan akhirnya buta, tapi...saya tau, Tuhan tak akan meninggalkan saya" tak lagi terlihat raut sedih di wajahnya, hanya guratan ketabahan yang luar biasa.
Tak menyangka rasanya Rindu bisa bertemu dengan sebuah kenyataan hidup yang membuat nya merasa seribu kali lebih beruntung, bukan bermaksud sombong, tapi benar benar bersyukur dengan yang dia dapatkan sekarang.
"Dan linda? ibu bertemu dimana?" tanya Rindu semakin penasaran.
"Linda...saya menemukan dia terbaring demam di depan pintu rumah saya, akhir nya karena tak tega, saya menyuruh nya masuk dan merawat nya seperti anak saya sendiri,karena linda juga memang tak punya tempat tinggal"
Terlihat linda hanya menunduk dan memandang coklat yang ada ditangannya.
Pikiran Rindu mulai menerawang, memikirkan betapa luar biasanya Tuhan mengatur sebuah pertemuan, membuat skenario untuk setiap cerita,ini hanya sebagian kecil dunia. Dia selalu berfikir kalau dialah yang paling menderita, paling merasa kehilangan. Rindu hanya bisa tertunduk, sekali lagi dia malu.
*Mbak...sekali lagi terima kasih ya...itu air diminum mbak" senyuman tulus Linda menyuguhi ku air putih benar benar membuat ku tersentuh.
Anak sekecil ini benar benar tau balas budi, dan memaksimalkan diri untuk orang orang yang dicintainya tanpa menuntut apapun, begitu pula sebaliknya, yah...mereka memang bukan apa - apa tapi....mereka sempurna, tak ada hubungan darah, tapi pantas di sebut keluarga.
Ku putuskan untuk undur diri ketika menyadari ini sudah memasuki jam sibuk kerja ku, ku peluk linda. Kurasakan kehangatan sebuah keluarga yang baru ku kenal tak sampai 30 menit,
Tiba tiba saja aku rindu ibu ku,
Sambil berjalan kembali ke kantor, kurasakan hangat mengalur di sudut pipi ku.
"Halo? ibu lagi apa? weekend ini saya ke jogja, "
Terdengar suara riang ibu ku, Tuhan...maaf kan aku...aku yang terlalu egois membahagiakan diri sendiri, terlalu menuntut, lupa memberi...
"Alhamdulillah nak....kamu mau ibu masakin apa?? nanti biar sekalian ibu siapin...kangen sekali ibu sama kamu.."
yah...dua kali lebaran ini Rindu tak pulang kampung, kali ini tak menunggu lebaran untuk bisa bertemu ibunya.
"Apa aja bu...yang ibu masak enak semua..." Rindu tersenyum sambil terus berbicara lewat telpon genggam dan menghilang di kerumunan orang yang sibuk di lobby kantor nya. Tapi kali ini Rindu benar benar baik baik saja. Bukan cinta yang diperlukanya saat ini, tapi keluarga..yang tak akan pernah meninggalkannya.